Sabtu, 04 Mei 2013

Book Review STRATEGI PROMOSI YANG KREATIF DAN ANALISIS KASUS INTEGRATED MARKETING COMMUNICATION

by: Arif Setiyadi (07408141041)


Bagian I (Rangkuman)
           
            Dunia pemasaran tidak lepas dari beberapa konsep penting berkaitan pemasaran itu sendiri seperti konsep pemasaran, bauran pemasaran, bauran promosi dan integrated marketing communication. Hal tersebut penting karena merupakan landasan penentuan strategi perusahaan untuk meningkatkan laba mengingat paradigma pemasaran sekarang sudah berubah seiring perkembangan dan makin kompleksnya pasar dari traditional product focus   menjadi brand focus. Salah satu strategi tersebut adalah strategi promosi misalnya. Seorang pemasar sebelum dapat menyusun strategi promosi yang baik tentunya harus dapat menganalisis kondisi-kondisi di lapangan yang kemudian dikaitkan dengan konsep-konsep pemasaran tadi.
            IMC merupakan suatu sinergi, kreativitas,integrasi dan komunikasi pemasaran secara terpadu dengan memanfatkan beragam elemen komunikasi yang berbeda-beda agar tercipta koherensi yang saling mendukung secara berkelanjutan demi meningkatkan ekuitas merek dan menjalin hubungan jangka panjang dengan konsumen. IMC merupakan cara yang digunakan dalam strategi bauran promosi dan keseluruhannya merupakan bagian dari bauran pemasaran.
            Dalam IMC Process, penerapan IMC melalui IMC planning terdiri dari beberapa langkah. Yang pertama adalah identifikasi target, lalu analisis SWOT, dilanjutkan menentukan tujuan komunikasi pemasaran, kemudian menentukan strategi dan taktik serta menyusun budget dan yang terakhir adalah melakukan evaluasi efektivitas.
            Kesemua upaya tadi merujuk kepada objek yakni konsumen yang dianalisis melalui perilaku konsumen. Perilaku konsumen adalah segala sesuatu yang berupa proses yang dilakukan oleh konsumen dalam rangkaian pengambilan keputusan dalam memilih, membeli, memakai atau memanfaatkan suatu produk, jasa, gagasan serta pengalaman dalam memenuhi kebutuhan untuk mencapai kepuasan.
            Menurut Blackwell, ada 7 langkah proses konsumen dalam mengambil keputusan. Yang pertama pengenalan kebutuhan, lalu pencarian informasi, lalu evaluasi alternatif, kemudian pembelian, setelah itu pemakaian, serta evaluasi setelah pemakaian dan yang terakhir adalah pelepasan.
            Setelah semua konsep tadi telah jelas dan terpikirkan atau terencana dengan baik, maka barulah seorang pemasar dapat menyusun strategi promosi yang kreatif untuk meningkatkan penjualan. Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam menyusun strategi promosi kreatif. Yang pertama adalah save, artinya pelanggan mendapatkan keuntungan dari penghematan yang diperoleh dalam membeli suatu produk. Yang kedua adalah free, artinya pelanggan mendapatkan gratis produk tertentu apabila membeli suatu produk. Dan prinsip yang terakhir adalah win, yakni merupakan kiat yang digunakan produsen untuk menarik pelanggan melalui pemenang suatu kontes atau undian dari suatu produk.
            Selanjutnya rincian tentang cara menyusun strategi promosi yang kreatif dan kelanjutannya seperti strategi CSR, penyusunan budget, dan implementasinya serta contoh penerapannya dalam studi kasus dijelaskan dalam lima bab terakhir.

Bagian II (Analisis Buku)
A. Bahasa
            Buku ini menggunakan bahasa formal. Menurut saya penulis memilih bahasa seperti itu karena buku ini ditujukan bagi para pelaku atau praktisi bisnis, manajer, eksekutif dan akademisi. Dari segi bahasa yang digunakan tadi buku ini lebih seperti modul atau semacam buku panduan resmi dalam bermarketing. Saya menggunakan buku berjudul periklanan dan promosi yang ditulis oleh Terrence A. Shimp yang digunakan sebagai buku mata perkuliahan komunikasi pemasaran sebagai pembanding terhadap buku ini.
            Hasilnya adalah tidak jauh berbeda dengan buku yang digunakan sebagai buku perkuliahan, buku ini tergolong buku teoritis. Meskipun ini bukan buku perkuliahan namun dari bahasa penulis, penjabaran permasalahan serta penyajian penulisan dilakukan dengan bahasa yang resmi. Hal ini tentunya akan sangat monoton saat dibaca karena penyuguhannya hanya berupa bahasa teori dalam penjabarannya baik dari awal maupun akhir setiap bab. Pada contoh analisis kasusnya pun penyajian bahasa yang digunakan seperti bahasa berita dan kita sebagai pembaca dituntut menganalisis berita yang ternyata telah disajikan berikut penyelesaiannya oleh penulis secara teoritis tadi. Sehingga kita hanya menganalisis dan mungkin dituntun oleh si penulis bahwa teori-teori yang dijabarkan di bab-bab sebelumnya semua terangkum baik secara langsung maupun tersirat secara bahasa di studi kasus yang ia sajikan.
            Dari segi bahasa, selain penggunaan bahasa yang monoton dan bersifat resmi tadi, buku ini juga menurut saya terdapat ketidaklaziman atau mungkin dianggap sebagai pembeda yang menarik bagi si penulis. Tapi kembali saya sebagai pembaca menganggap hal tersebut adalah pengulangan monotonisasi melalui bahasa oleh si penulis. Ketidaklaziman tersebut adalah pada akhir-akhir buku dimana si penulis mencantumkan daftar istilah dari pembahasan-pembahasan di bab-bab yang ia kemukakan. Biasanya dalam daftar istilah cukup dicantumkan daftar kata-kata atau istilah-istilah baik teori maupun istilah asing yang kemudian penulis artikan melalui serangkaian kalimat pendek yang langsung merujuk pada inti atau arti dari istilah tersebut. Tetapi tidak halnya dibuku ini, berbagai daftar istilah yang dicantumkan, diartikan melalui rangkaian kalimat teori panjang yang penjelasannya sangat dijabarkan secara panjang lebar sehingga terkesan seperti bukan mengartikan istilah tersebut tetapi menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan istilah tersebut, jadi seperti kembali mengulang penjelasan pada bab-bab sebelumnya dimana penjelasan baik klasifikasi, identifikasi dan sebagainya tentang istilah tersebut telah diuraikan.
            Contoh tentang penjelasan daftar istilah yang terlalu panjang terdapat pada istilah affection and cognition, dimana disitu dijelaskan tentang arti dari kedua istilah tersebut. Dan bukannya berhenti lalu melanjutkan istilah lain yang perlu diartikan tapi kemudian dijelaskan lebih lanjut dan lebih terperinci tentang apa itu afeksi dan kognisi, klasifikasinya sampai contoh-contohnya. Begitu halnya dengan istilah-istilah lain yang meskipun telah dijelaskan rinci ataupun tidak di bab-bab sebelumnya namun tetap dijelaskan detail di daftar istilah, sehingga secara keseluruhan seperti adanya bab tambahan dalam buku tersebut. Berbeda dengan buku dari Terrence yang memang digunakan untuk perkuliahan, glosarium atau daftar istilah lebih dijelaskan secara langsung mengenai inti dari istilah yang ada.
B. Kekurangan Buku
            Jika diperhatikan dari judul, inti dari buku ini adalah ulasan tentang strategi promosi yang kreatif dan kaitannya dengan IMC. Hal ini disajikan penulis dari ulasan di bab-bab pertama yaitu mulai dari bab pertama pendahuluan sampai bab empat tentang perilaku konsumen. Bab-bab awal tersebut menggambarkan ulasan dari penulis tentang konsep dasar atau penjelasan awal tentang semua yang berkaitan sebelum kita melakukan strategi khusus promosi seperti penjelasan awal tentang marketing, bauran pemasaran, bauran promosi, konsep awal IMC serta perilaku konsumen sebagai objeknya. Setelah itu barulah dibab lima sampai bab akhir menjelaskan tentang bagaiamana penerapannya dan penjelasan tentang strategi promosi kreatif tadi.
            Namun dalam penjabaran materinya tidak sesederhana itu, penulis sering kali mengulang pokok bahasan yang ada di bab-bab yang berbeda. Seringkali hal yang diulang pembahasannya itu intinya adalah sama namun disampaikan dengan sudut dan bahasa yang berbeda serta penyajiannya tidak secara sistematis. Hal ini sangat membingungkan bagi pembaca, ketidakberurutan poin pembahasan dan adanya topik pengulangan meskipun dari sisi pandang dan bahasa yang berbeda namun intinya adalah sama akan sangat membuat pembaca tidak hanya bingung tetapi rentan akan kebosanan.
            Contohnya adalah pada bab kedua, dimana masalah periklanan dibahas dua kali yaitu pada subpokok bauran promosi dan IMC. Tidak ada dari keduanya yang membahas secara jelas dan terang periklanan baik dari sisi promosi maupun IMC. Keduanya tidak dibahas tentang “periklanan sebagai..” tetapi lebih kepada konsep periklanan itu sendiri, jadi terkesan bahasan periklanan di IMC hanya merupakan lanjutan dari bahasan periklanan dari bauran promosi sehingga dapat membuat bingung pembaca. Selain masalah pengulangan, isi materi yang membingungkan juga terjadi pada saat di setiap bab penulis menambahkan sub pokok bahasan-sub pokok bahasan tertentu yang tidak terlalu memiliki keterkaitan dengan bab itu sendiri. Entah maksudnya sebagai tambahan bahasan atau pelengkap tetapi terkesan tidak sinkron dengan bab yang dibahas. Semua hal tersebut diperparah dengan susunan sistematika bahasan setiap buku yang kurang teratur, seperti penyusunan urutan judul dan subpokok judul sehingga semakin membuat bingung.
            Hal tersebut dapat diketahui seperti salah satunya pada bab ketiga tentang IMC process. Bab ini intinya menjelaskan tentang tahapan IMC planning dari step satu sampai step 6. Setelah langkah terakhir tiba-tiba muncul pokok bahasan baru yang tidak ada penomoran atau pengurutan judul dan tidak berkaitan langsung dengan IMC planning, yaitu pembahasan mengenai tingkatan produk berikut contohnya, lalu tentang brand image dan semuanya dijelaskan detail meskipun tidak ada keterkaitan langsung dengan bab IMC process.
            Dari kesemua kekurangan tadi, yang paling inti menurut saya adalah, pokok dari apa yang dibahas dibuku ini adalah berupa strategi promosi yang kreatif. Artinya persepsi awal sesorang yang membaca tentunya ia akan di bimbing dan dijelaskan tentang bagaimana ia dapat melakukan strategi-strategi lengkap berpromosi dengan kreatif. Namun sayangnya, ternyata isi dari buku ini yang membahas tentang bagaimana pembaca benar-benar dibimbing berpromosi secara kreatif sangatlah kecil atau sedikit. Hanya satu bab yang benar-benar membahas hal tersebut yaitu dibab lima, selebihnya di bab lain hanya menjelaskan berbagai teori-teori yang berkaitan dengan pemasaran dan IMC.

C. Kelebihan Buku
            Teori-teori yang disajikan dalam buku ini berkaitan dengan bauran pemasaran dan bauran promosi terbilang lengkap. Bahasan-bahasan tentang teori perkuliahan yang tidak secara langsung tercantum dalam buku Terrence ternyata secara inti dan detail langsung permasalahan tercantum dibuku ini. Contohnya pada bahasan IMC di buku Terrence tidak dijelaskan detail tentang langkah-langkahnya, tetapi dibuku ini dijelaskan mendetail tentang IMC itu sendiri. Dibuku Terrence hanya menjelaskan pengertian dan ciri-cirinya yang kesemuanya sudah tertera baik secara langsung maupun tersirat dibuku karya Fredy Rangkuti ini. Meskipun banyak hal yang tidak terkait langsung dengan bahasan disetiap bab atau banyak bahasan teori tadi, namun semua dibahas secara detail dan langsung ke inti permasalahan tidak seperti pada bahasa buku Terrence yang terlalu bertele-tele.

D. Kesimpulan
            Saya berkesimpulan bahwa buku Strategi Promosi yang Kreatif dan Analisis Studi kasus IMC ini bukanlah suatu pedoman baik tentang bagaimana seseorang dapat berpromosi dengan baik secara lebih kreatif. Buku ini lebih baik dan cocok digunakan bagi mereka yang perlu tambahan pedoman teoritis tentang teori-teori mendasar berkaitan dengan promosi, marketing dan IMC serta cocok pula untuk mereka yang notabene sebagai pemula dalam terjun ke dunia bisnis atau marketing. Hal itu karena isi dari buku tersebut sebagian besar berupa ulasan teori yang mendetail tentang hal-hal berkaitan konsep marketing dan baurannya. 

Tidak ada komentar: